Persoalan seputar kinerja dan kondisi keuangan BUMN menjadi topik yang kadang masih terdengar hingga saat ini, mengapa lebih sulit mengurus BUMN dibanding mengurus perusahaan swasta. Sudah banyak profesional yang karena kepakarannya pernah ditunjuk menjadi Menteri BUMN tetapi tidak menunjukan hasil yang nyata padahal mereka sangat piawai ketika menjalankan perusahaan swasta yang pernah ditanganinya.
Banyak faktor tetapi mengurus perusahaan tidak jauh berbeda mengurus suatu masyarakat dengan kultur, karakter, kepentingan, yang berbeda-beda. Ketika harus menghadapi kenyataan seperti inilah kadang profesional yang piawai tersebut terpental atau tidak berhasil. Karena BUMN juga perusahaan yang cukup unik karena setengah private dan setengah publik. Sebagian susunan direksi dan komisaris BUMN kadang terpilih dari proses politik.
Sehingga tak mudah untuk melakukan perubahan kultur dan karakter pada suatu BUMN perlu proses dan kemauan yang kuat dari pemilik pemegang saham dan pengurus. BUMN yang tidak sehat akan terus merugi dan jika memang tidak bisa eksis maka akan dilikuidasi. Faktor persaingan yang ketat untuk saat ini sangat menentukan apakah suatu perusahaan dapat bertahan atau tidak.
BUMN yang tidak dapat bersaing dan salah urus akan banyak mengalami kesulitan keuangan antara lain terus merugi dan terlilit utang. Jika utang yang terus menggunung maka going concern suatu perusahaan BUMN tersebut patut dipertanyakan bagaimana dengan kelangsungan hidup seterusnya. Pemerintah tidak mungkin mempertahankan perusahaan miliknya yang terus menggerogoti keuangan negara dengan terus memberikan suntikan dana.
Ketika pengurusan BUMN sudah tercampur dengan kepentingan politik maka menjadikan pengurusannya lebih ruwet. Sehingga ini merupakan salah satu alasan mengapa mengurus BUMN lebih sulit dibanding mengurus perusahaan swasta. Perlu pemahaman yang baik tentang budaya dan karakter BUMN kemudian melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan tekad dan sikap konsisten untuk suatu perubahan maka BUMN bisa menjadi perusahaan yang sehat dan terpercaya.
BUMN yang tidak dapat bersaing dan salah urus akan banyak mengalami kesulitan keuangan antara lain terus merugi dan terlilit utang. Jika utang yang terus menggunung maka going concern suatu perusahaan BUMN tersebut patut dipertanyakan bagaimana dengan kelangsungan hidup seterusnya. Pemerintah tidak mungkin mempertahankan perusahaan miliknya yang terus menggerogoti keuangan negara dengan terus memberikan suntikan dana.
Ketika pengurusan BUMN sudah tercampur dengan kepentingan politik maka menjadikan pengurusannya lebih ruwet. Sehingga ini merupakan salah satu alasan mengapa mengurus BUMN lebih sulit dibanding mengurus perusahaan swasta. Perlu pemahaman yang baik tentang budaya dan karakter BUMN kemudian melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan tekad dan sikap konsisten untuk suatu perubahan maka BUMN bisa menjadi perusahaan yang sehat dan terpercaya.