Meskipun pemilihan untuk presiden Indonesia baru akan ada lagi tahun 2019, namun bisa saja kita membuat prediksi berdasarkan pengamatan dan tingkat keberhasilan yang telah dicapai. Diperkirakan bahwa Jokowi akan menang lagi dalam pemilihan presiden tahun 2019 mendatang. Hal tersebut berdasarkan pada alasan dan pertimbangan mengapa rakyat masih memilih Jokowi. Untuk saat ini Jokowi adalah pemimpin paling merakyat, belum ada pemimpin Indonesia yang lebih merakyat dibandingkan Jokowi hingga saat ini. Inilah kenapa Jokowi akan menjadi presiden Indonesia terpilih tahun 2019 untuk yang kedua kalinya.
Hasil pembangunan yang dilakukan Jokowi selama ini sangat tampak dan bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Hal inilah yang menjadi peluang Jokowi akan menang lagi dalam pemilihan presiden tahun 2019. Gebrakan Jokowi di bidang pembangunan benar-benar nyata dan kelihatan hasilnya sehingga sangat masuk akal jika di prediksi bahwa Jokowi akan menjabat lagi sebagai presiden pada tahun 2019. Hingga saat ini Jokowi merupakan salah satu pemimpin Indonesia yang secara integritas dan kejujuran tidak diragukan lagi.
Jokowi juga merupakan pemimpin yang tegas bisa dilihat dari ucapan dan tindakan yang dilakukan selama ini mencerminkan ketegasan sebagai seorang pemimpin tidak plin plan. Jokowi adalah sosok pemimpin yang tulus, sudah terbukti mulai dari walikota Solo dulu sudah menunjukan bahwa dia adalah sosok pemimpin yang tulus. Sejak kepemimpinan Jokowi tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah juga sangat baik dan positif, sehingga sangat layak apabila tahun 2019 nanti dia menjadi presiden kembali.
Tidak mudah untuk mendapatkan pemimpin yang benar-benar dicintai rakyat, perlu figur yang bisa diterima oleh semua kalangan. Kebetulan Jokowi adalah figur pemimpin yang bisa diterima oleh banyak kalangan. Hal ini terbukti ketika pemilihan presiden 2014 mendapatkan dukungan suara yang cukup significant meskipun dilanda oleh black campaign. Pemimpin memang selalu terlahir dengan sendirinya tidak bisa dibuat atau diciptakan.
Meskipun Jokowi merupakan sosok yang sudah sangat baik, tetap saja ada orang yang tidak senang dengan kepemimpinan Jokowi. Wajar saja, karena tak ada gading yang tak retak, selalu saja ada yang tak sempurna dari seseorang. Namun kritikan terhadap Jokowi ada yang proporsional (wajar) namun ada juga yang kritikannya ngawur tidak berdasar sama sekali. Memang harus tetap ada kritikan terhadap kinerja Jokowi namun hendaknya disampaikan secara objektif serta memberikan saran dan masukan yang bermanfaat.
Jokowi termasuk presiden yang bisa mengayomi seluruh suku dan golongan, salah satunya adalah bagi warga Papua, banyak OPM Papua yang sudah mulai luruh dengan pembangunan infrastruktur yang gencar di Papua. Sehingga banyak anggota OPM yang sudah turun gunung dan menyatakan kesetiaan pada NKRI. Salah satu yang cukup tercengang di wilayah Papua ini adalah kebijakan satu harga untuk BBM. Harga per liter bensin di Papua sebelumnya Rp 50ribu per liter, kini dengan kebijakan tersebut bisa Rp6500 per liter.
Jokowi juga mulai menghilangkan identitas keragaman suku dan budaya, menjadi satu "Indonesia". Intinya bahwa kita adalah bangsa "Indonesia" yang satu, beragam adat dan budaya hanya merupakan kekayaan bangsa yang harus disyukuri. Jokowi ingin agar perbedaan tersebut jangan dipertajam atau sumber perpecahan melainkan hanya identitas pengenal satu sama lain, kita adalah bangsa yang satu "Indonesia". Jadi tidak ada lagi orang Jawa, Sunda, Dayak, Bugis, Papua, yang ada "saya orang Indonesia".
Jokowi juga berusaha untuk menghilangkan perbedaan pandangan dan persaingan politik masa lalu. Rivalitas hanya terjadi saat pemilu dan pilkada saja, selanjutnya hubungan seperti biasa. Jokowi mengajarkan bagaimana lebih dewasa dalam berdemokrasi, bahwa kalah dan menang harus bisa diterima. Persaingan hanya terjadi saat pesta demokrasi saja, selanjutnya harus saling bahu membahu untuk membangun bangsa dan negara. Jika selalu gaduh dengan politik, maka kapan ada kesempatan membangun dan mensejahterakan rakyat Indonesia.
Jokowi juga merupakan pemimpin yang tegas bisa dilihat dari ucapan dan tindakan yang dilakukan selama ini mencerminkan ketegasan sebagai seorang pemimpin tidak plin plan. Jokowi adalah sosok pemimpin yang tulus, sudah terbukti mulai dari walikota Solo dulu sudah menunjukan bahwa dia adalah sosok pemimpin yang tulus. Sejak kepemimpinan Jokowi tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah juga sangat baik dan positif, sehingga sangat layak apabila tahun 2019 nanti dia menjadi presiden kembali.
Tidak mudah untuk mendapatkan pemimpin yang benar-benar dicintai rakyat, perlu figur yang bisa diterima oleh semua kalangan. Kebetulan Jokowi adalah figur pemimpin yang bisa diterima oleh banyak kalangan. Hal ini terbukti ketika pemilihan presiden 2014 mendapatkan dukungan suara yang cukup significant meskipun dilanda oleh black campaign. Pemimpin memang selalu terlahir dengan sendirinya tidak bisa dibuat atau diciptakan.
Meskipun Jokowi merupakan sosok yang sudah sangat baik, tetap saja ada orang yang tidak senang dengan kepemimpinan Jokowi. Wajar saja, karena tak ada gading yang tak retak, selalu saja ada yang tak sempurna dari seseorang. Namun kritikan terhadap Jokowi ada yang proporsional (wajar) namun ada juga yang kritikannya ngawur tidak berdasar sama sekali. Memang harus tetap ada kritikan terhadap kinerja Jokowi namun hendaknya disampaikan secara objektif serta memberikan saran dan masukan yang bermanfaat.
Jokowi termasuk presiden yang bisa mengayomi seluruh suku dan golongan, salah satunya adalah bagi warga Papua, banyak OPM Papua yang sudah mulai luruh dengan pembangunan infrastruktur yang gencar di Papua. Sehingga banyak anggota OPM yang sudah turun gunung dan menyatakan kesetiaan pada NKRI. Salah satu yang cukup tercengang di wilayah Papua ini adalah kebijakan satu harga untuk BBM. Harga per liter bensin di Papua sebelumnya Rp 50ribu per liter, kini dengan kebijakan tersebut bisa Rp6500 per liter.
Jokowi juga mulai menghilangkan identitas keragaman suku dan budaya, menjadi satu "Indonesia". Intinya bahwa kita adalah bangsa "Indonesia" yang satu, beragam adat dan budaya hanya merupakan kekayaan bangsa yang harus disyukuri. Jokowi ingin agar perbedaan tersebut jangan dipertajam atau sumber perpecahan melainkan hanya identitas pengenal satu sama lain, kita adalah bangsa yang satu "Indonesia". Jadi tidak ada lagi orang Jawa, Sunda, Dayak, Bugis, Papua, yang ada "saya orang Indonesia".
Jokowi juga berusaha untuk menghilangkan perbedaan pandangan dan persaingan politik masa lalu. Rivalitas hanya terjadi saat pemilu dan pilkada saja, selanjutnya hubungan seperti biasa. Jokowi mengajarkan bagaimana lebih dewasa dalam berdemokrasi, bahwa kalah dan menang harus bisa diterima. Persaingan hanya terjadi saat pesta demokrasi saja, selanjutnya harus saling bahu membahu untuk membangun bangsa dan negara. Jika selalu gaduh dengan politik, maka kapan ada kesempatan membangun dan mensejahterakan rakyat Indonesia.